Kamis, 25 November 2010

KOPLING DIAFRAGMA HONDA BLADE 110 R

Perawatannya Sama .

2332perawatan-kopling_aong-1.jpgPasti sudah paham dong kalau Honda Blade, Revo 110 termasuk Yamaha Vega-ZR adopsi kopling pegas diafragma. Maksudnya bukan pakai per spiral seperti terlihat di rumah kopling generasi sebelumnya. Tapi pegas dari lempengan pelat baja yang bentuk lingkar dalamnya melengkung.

Bisa dikata, teknologi ini termasuk lawas yang kembali dipopulerkan dua merek motor sekaligus. Pasalnya di motor Suzuki Shogun 110, Suzuki Tornado dan generasi terdahulunya, komponen cuma ditopang 3 kampas dan 2 pelat itu lebih dulu diadopsi. Sebelum kembali ke model kopling per spiral.2333perawatan-kopling-blade_aon.jpg

Lucunya, sistim kopling macam ini kenapa kembali muncul. Konon alasan rasional pabrikan, yaitu lebih kepada nilai ekonomis guna menekan harga jual. Tentu dengan pertimbangan matang tanpa harus mengurangi keuntungan yang diperoleh konsumen.

Cuma yang jadi persoalan, ada anggapan kalau kopling model per diafragma kurang kuat juga susah dirawat. Bahkan untuk mencari per aftermarket-nya atau ingin meningkatkan performa termasuk paling sulit.

“Kalau soal perawatan, baik kopling per spiral atau diafragma sama saja caranya. Sebab kemampuannya tergantung dari ketebalan dan kinerja kampas dan pelat kopling itu sendiri,” jelas Haryadi Wijaya, Technical Support Division PT Astra Honda Motor (AHM).

2334perawatan-kopling-blade_boy.jpgTapi kalau dibilang tidak kuat dibanding per spiral, menurut Haryadi lagi, itu salah. Soale, dengan per diafragma justru daya cengkeram kampas dengan pelat kopling makin sempurna. Hal ini dikarenakan pegas mirip piring kecil lebih halus dan rata menekan dibanding hanya bertumpu pada ke-4 atau 6 per spiral.

Selain itu, kopling sistem ini mampu mengurangi gesek dan memperingan putaran kopling. Itu karena kampas kopling juga hanya tiga lembar. Sehingga tidak menimbulkan banyak gejala selip. Wajar kalau sistem diafragma juga lebih smoot karena karet peredam entakan yang dipasang antara gigi sekunder dan rumah kopling lebih banyak.

“Otomatis pakai kopling sistem ini bukan cuma harga motor dan part yang jadi murah. Daya tahan kampas dan pelat kopling pun jauh lebih awet dibanding pakai per kopling spiral. Jadi jangan takut kalau motor tidak bertenaga,” imbuh Haryadi.

Meski tahan lebih lama, namun untuk mengetahui kemampuan kampas dan pelat sudah mulai turun caranya pun tidak jauh beda. Misalkan dengan cara mengukur ketebalan kampas dan pelat pakai sigmat atau merasakan turunnya tenaga motor ketika dipakai jalan.

Tapi sebelum menuduh kampas atau pelat kopling mau habis, ada baiknya lakukan setingan ulang stut kopling. Setelan ada di bak kopling. Caranya, sama dengan bebek dengan per spiral.

Cukup kendurkan mur pengunci baut setelan kopling pakai kunci ring 14 ke kiri. Terus putar baut penyetel ke kanan (searah jarum jam) hingga terasa ada sentuhan. Lalu putar kembali ke kiri hingga mentok sampai terasa dan berhenti. Baru putar kembali baut penyetel ke kanan sebanyak 1/4 ~ 1/8 putaran dan kencangkan mur pengunci.

“Andai baut penyetel sudah diseting sesuai pentujuk namun tida ada perubahan, artinya pegas diafragma mulai lemah dan sudah waktunya minta ganti. Tapi waktunya cukup lama, lho,” tegas Haryadi.

1 komentar:

  1. Saya mau bertanya tentang pernyataan ini "Wajar kalau sistem diafragma juga lebih smoot karena karet peredam entakan yang dipasang antara gigi sekunder dan rumah kopling lebih banyak."
    Perasaan untuk bebek honda type kopling spiral dan diafragma sama2 memiliki 6 karet peredam, soalnya saya pernah mengganti rumah kopling blade dengan punya karisma, dan untuk pake rumah kopling karisma di blade harus pake gigi sekunder bawaan, kalo jumlah beda berarti ga kepasang dong? dan kenyataannya saya bisa memasangnya.
    trus letak lebih banyaknya dimana?

    dijawab ya bro, kita sama2 cari ilmu... :)

    BalasHapus